Salah satu anggrek yang populasinya cukup tinggi di kawasan cagar alam Gunung Ketawan adalah Grammatophyllum Speciosum. Anggrek raksasa yang merupakan anggrek terbesar didunia dan dilindungi oleh undang-undang RI serta termasuk dalam daftar Convention On International Trade Endagered Species Of Wild Fauna And Flora (CITES) Appedix II ini, hampir banyak dijumpai disepanjang sungai, anggrek tersebut tumbuh secara epefit dengan menempel dibatang pohon kayu besar. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai anggrek tebu, nama ini diberikan karena mungkin ia memiliki batang yang beruas seperti tebu.
Ada dua spesies Grammmathopyllum yang hidup di belantara pegunungan Meratus, nyaitu ; Grammatophyllum Speciosum ( anggrek tebu ) dan Grammatophllum Stapeliiflorum (anggrek hitam atau anggrek sendu ). Namun yang paling banyak dijumpai adalah spesies Grammatophyllum Speciosum..
Grammatophyllum stapeliiflorum
Grammatophyllum Stapeliiflorum memiliki anatomi yang sangat berbeda dengan Grammatophyllum Speciosum, ia memiliki pseudobulb yang besar dan diujungnya ditumbuhi beberapa helai daun. Bunganya berwarna ungu tua kecoklatan dan terdapat bintik – bintik pada labelum serta petalnya.
Sebagai anggrek epifit, ia juga banyak dijumpai menempel pada pohon kayu. Tinggi tanaman sekitar 60 cm dengan kebutuhan cahaya mencapai 75 %.dengan suhu antara 23 – 31 delajat celcius. Berbunga pada bulan April sampai dengan bulan September.
Kepunahan Anggrek Alam ( spesies ) berbanding lurus dengan kerusakan hutan, konversi lahan atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah alih fungsi hutan, apabila tidak dilakukan dengan terencana dan memperhitumgkan analisa dampak lingkungannya, adalah merupakan salah satu komponen yang memiliki andil cukup besar terhadap ancaman kepunahan anggrek spesies Kalimantan, yang juga merupakan kekayaan plasma nutfah yang tak ternilai harganya.
Sejak bulan Februari 2009 hingga pertengahan bulan Mei 2009 Tim observasi dan konservasi Anggrek Alam Kalimantan dari Perhimpunan Anggrek Indonesia ( Indonesian Orchid Society ) Kalimantan Selatan yang didukung Balai Konservasi Sumber Daya Alam ( BKSDA ) Kalimantan Selatan melakukan Observasi Anggrek Spesies Kalimantan, didua tempat berbeda yaitu ; Hutan Lindung Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Banjar di Kalimantan Selatan dan Hulu Sungai Kapuas Kalimantan Tengah.
Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah 4.987.899 ha, memiliki kawasan hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 453/Kpts-II/1999,tanggal 17 Juni 1999 seluas 1.839.494 ha. Dari luas kawasan hutan tersebut hanya 100.001.668 ha yang termasuk dalam kawasan konservasi. Dan kini sebagian dari areal lahan tersebut telah banyak berubah fungsi akibat tekanan dan ganguan antara lain perambahan baik pertambangan, perkebunan, industri maupun pelabuhan. Kondisi serupa terjadi pula diwilayah Kalimantan Tengah, termasuk wilayah hulu sungai Kapuas.
Pelestarian Anggrek Spesies Kalimantan harus terjaga dan dilakukan secara intensif dan terencana sejalan dengan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU No. 5 tahun 1994 tentang Konvensi PBB tentang Konserasi Keanekaragaman Hayati dan PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Pemerintah, para pecinta anggrek dan masyarakat ( Swasta / pengusaha ) harus menyadari pentingnya “ HUTAN “ sebagai Sumber Daya Genetik, merupakan Aset Bangsa yang tak ternilai harganya.
Orchid Phalaenopsis bellina this Orchid Species is not strange for fans orchids. Budidayanya already started since year 1861. This plant grows naturally in Kalimantan, Sumatra and Peninsular Malaya. Some States now have membudidayakannya. Latin name of this beautiful orchid is a Phalaenopsis bellina. In Indonesia it is known by the name of twinkle. The name is given because the shape and color of flowers that resemble the stars are blinking.It is still one genus with a white orchid months (Phalaenopsis amabilis). Therefore perawakannya also almost similar to the orchid months. Rounded egg-shaped leaves and rounded towards aft edge. Leaves more rigid than Phalaenopsis amabilis and also has a shiny layer of wax. Flowers fragrant, especially in the morning. Root memipih slightly rounded on the surface and lined by diselaputi silvery color with the tip of the root color greenness. Flowers arranged in a cluster that can reach 30 cm long. At each cluster akan 1-3 bud bloom simultaneously, and will be followed a few days later by a flower bud is underneath, so that when there are a few bunches of flowers and flower blossom will appear simultaneously and continuously. Each measuring 5-6 cm, forming stars. Purple flowers have a violet light in the middle and bottom of the base while the other white light green tinge. Anggrek like this shade is slightly moist. Very suitable for planting didataran low. Where appropriate, this orchid will flower throughout the year, without interest spread. Flower blooms for about 2 weeks. This orchid can be maintained as people keep anggrek months. Plants to the trees or on the sekeping fern. Water splash of water should flow out quickly and does not stagnate in the plant. Flooding in a long time can cause symptoms of the disease on the plants decay. Because the shape and color of flowers is very beautiful, it has been disilangkan with other types. The result is, among other Phalaenopsis Harriettiae. Considering the excellent potential then indukan development as it is very large lowland.
Pa ...! Ini Anggrek Apa, Kok ... Berbulu. Banyak kembangnya. Teriak Udin, Sambil Menenteng Trichotosia ferox Sp.
Menaiki Pohon Besar, Penulis Lakoni Untuk Mengamati Anggrek Alam.
Perjalanan Menyusuri Anak Sungai Kapuas Hulu Kalimantan Tengah.
Menembus Hutan Dengan Menggunakan Alat Transportasi Zonder.Dengan Mobil Khusus Untuk Medan Berat Menembus Pedalaman Hutan Belantara Kalimantan Tengah.
Istirahat Gantian Nyetir Mobil, Karena Sudah Menempu Perjalanan Jauh Selama Enam Jam Dari Kota Palangka Raya Dan Empat Jam Dari Kota Banjarmasin, Dengan Dua Kali Ganti Mobil.
Menuju Kalimantan Tengah Ditemani Bunda Tersayang Menunju Camp Di Kota Palangka Raya.
Istirahat Sejenak Di Tumbang Nusa, Jembatan Rawa Terpanjang Di Indonesia.
Trichotosia ferox banyak penulis jumpai dipedalaman Kapuas Hulu Kalimantan Tengah. Anggrek ini hidup secara epifit pada cabang-cabang batang pohon disepanjang tepian anak sungai kapuas hulu. Tanaman ini batang dan daun, bahkan bunganya ditutupi oleh bulu-bulu halus. Tangkai bunga mencapai panjang 10 cm dengan jumlah bunga 5 - 12 kuntum. Bunga berwarna kuning kemerahan.